Text
Slilit sang Kiai
Islam sering hanya dipandang sebagai potret statis dari himpunan perilaku yang dianggap ideal. Bahkan sering pula ia digunakan hanya sebagai instrumen pembenaran proses-proses sosial, kebudayaan, dan kekuasaan yang dominan. Di sini, Islam berhenti sebagai diskursus pemerdekaan manusia. Islam "direkayasa" untuk berposisi sebagai perangkap yang menghentikan atau memperlambat perkembangan masyarakat.
Emha Ainun Nadjib ingin menolak semua itu. Dalam kumpulan kolom, yang pernah terbit di berbagai media, Emha mencoba menempatkan agama, dalam hal ini Islam, sebagai jalan pemerdekaan. Lewat ini pula manusia dapat menari-nari dengan imajinya sendiri.
Bagi Emha, titik tolak jalan pemerdekaan itu tidak bersandar pertama-tama pada akidah atau syariat. Ia menumpukannya pada kesadaran tentang kemanusiaan dan keadilan. Bentuk kesadaran inilah yang sering Emha temukan tersembunyi dalam nasihat para kiai ndeso yang "mistis" dan nyentrik. Atau terpendam dalam ungkapan-ungkapan rakyat yang populer.
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
899.22132 NAD s | PSB lt.1 - B. Penunjang | 1 |
Penerbit | Jakarta Pustaka Utama Grafiti., 1991 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Indonesia Islam and politics Islam and literature Literature and society |
ISBN/ISSN | 9794441783 |
Klasifikasi | NONE |
Deskripsi Fisik | xv, 243 p. ; 21 cm. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |