Text
Analisis strategi penggunaan energi di PT Primatexco dalam menghadapi kenaikan harga BBM
Pada tahun 2005, terjadi kenaikan harga minyak dunia yang sangat drastis, hal ini mengakibatkan pemerintah tidak sanggup lagi untuk membiayai subsidi yang selama ini diberikan untuk menekan kenaikan harga BBM di Indonesia. Untuk itu diambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM. Kebijakan pertama adalah menaikkan harga BBM untuk industri pada bulan agustus, dari sebelumnya harga solar Rp.2.200 per liter menjadi Rp.5.480 per liter. Melihat dari besar kenaikan yang melebihi seratus persen tentu saja mengejutkan dunia usaha di Indonesia, kebijakan ini dinilai dilakukan tanpa perhitungan matang karena industri belum disiapkan untuk menghadapi keadaan ini dalam artian belum mencari alternatif untuk memecahkan masalah ini. Investasi di Indonesia pun menurun, sebelumnya Indonesia merupakan tempat yang baik untuk investasi dibidang tekstil dengan populasinya yang besar dan biaya tenaga kerjanya yang rendah, juga dengan biaya energi yang tidak mahal. Keunggulan yang dimiliki tersebut secara perlahan semakin berkurang, biaya energi semakin mendekati harga pasar internasional. Selama ini biaya energi bisa sangat murah dikarenakan adanya subsidi dari pemerintah, namun sekarang pemerintah sudah tidak mampu untuk memberikan subsidi. Dengan naiknya harga BBM di Indonesia, maka biaya produksi pun meningkat. Selain itu, kenaikan harga BBM memiliki multiplier effect, berupa naiknya semua barang kebutuhan sehari-hari dan secara otomatis biaya karyawan pun meningkat karena karyawan meminta kenaikan gaji. Ini jelas membuat produk menjadi sulit untuk bersaing dipasar internasional. Apalagi jika harus bersaing dengan produk China, yang mana BBM disana masih disubsidi oleh pemerintah sehingga mereka dapat menekan biaya produksi serendah mungkin yang pada akhirnya menghasilkan produk dengan harga yang relatif murah. Secara umum ada tiga hal (strategi) yang dapat dilakukan perusahaan tekstil di Indonesia dalam menyikapi kenaikan harga BBM ini. Pertama adalah mencari alternatif energi diluar BBM, strategi ini tentunya membutuhkan investasi yang cukup besar, hanya perusahaan yang mempunyai struktur modal yang cukup kuat dapat melakukan ini. Kedua adalah mengurangi jumlah karyawan (PHK), strategi ini sebenarnya tidak menyelesaikan masalah, selain menambah jumlah pengangguran, juga hanya menambah panjang nafas perusahaan untuk sesaat, karena alasan untuk mengurangi jumlah karyawan adalah karena harga tidak bersaing, permintaan menurun, maka jumlah tenaga kerja pun harus dikurangi. Tetapi jika keadaan ini berlanjut, dimana harga tetap tidak bersaing, sehingga tidak ada lagi permintaan dari konsumen, maka dalam kondisi terburuk ini terpaksa dilakukan strategi yang ketiga yaitu menutup perusahaan (gulung tikar). PT.Primatexco Indonesia sebagai perusahaan yang dijadikan objek penelitian mengambil strategi yang pertama yaitu mencari alternatif sumber energi diluar BBM. Penggantian MFO ke batubara untuk energi uap dan Solar Diesel ke PLN ternyata cukup efektif untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan, tetapi dirasa belum cukup untuk dapat kembali bersaing di dunia Internasional. Oleh karena itu untuk melanjutkan strategi yang kini telah dijalankan, perusahaan disarankan untuk melakukan investasi pembangkit listrik tenaga batubara. Ada bibliografi dan tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
T 187/07 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Jakarta Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi UI., 2007 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Corporate strategy Management accounting Competitive advantage Petroleum prices Cost management |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | viii, 62 p., 12 p. : diagr., il. ; 28 cm & lamp. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |