Text
Analisis capital budgeting proyek pembangunan Pertamina Energy Tower
PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan nasional telah mengembangkan Visi dan Misi untuk menjadi World Class National Energy Company dengan target menjadi perusahaan Migas 15 besar dunia pada tahun 2023. Sejalan dengan kegiatan bisnis yang semakin meluas, fasilitas gedung kantor pusat PT Pertamina (Persero) tidak memadai lagi untuk menunjang image sebuah perusahaan berkelas dunia. Alasan ini yg mendasari PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan negara terbesar di Indonesia untuk membangun sebuah gedung ?Pertamina Energy Tower? yang akan menyatukan kantor PT Pertamina (Persero) dengan seluruh Anak Perusahaan maupun Unit-Unit Usaha Patungannya, serta diharapkan akan menjadi icon kebanggaan bangsa Indonesia. Dengan nilai investasi yang sangat besar, yaitu berkisar Rp. 15 trilyun yang jauh melebihi dari harga standar konstruksi gedung tinggi biasa, maka perlu dilakukan analisis capital budgeting yang lazim dilakukan untuk menilai kelayakan investasi serta untuk merumuskan strategi yang tepat agar investasi proyek tersebut minimal tidak mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Pendekatan analisis capital budgeting yang dipilih dalam kasus ini adalah Adjusted Present Value (APV). Disamping analisis APV juga dilakukan analisis Internal rate of Return (IRR), Payback Period, Discounted Payback Period, Profitability Index. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis capital budgeting ini antara lain yaitu: perhitungan cost of equity menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM), cost of debt menggunakan pendekatan historis, revenue menggunakan pendekatan multi growth model, umur ekonomis gedung 40 tahun dengan depresiasi straight line basis, dan perhitungan arus kas menggunakan pendekatan tax shield maupun top down. Untuk menunjang analisis ini, beberapa data menggunakan referensi dari konsultan yang berkompeten, yaitu: perhitungan biaya investasi dari konsultan quantity surveyor, formula biaya operasi dan trend harga sewa gedung dari konsultan property. Hasil analisis APV memberikan kesimpulan bahwa jika pembiayaan proyek menggunakan dana ekuitas sepenuhnya, maka Net Present Value (NPV) proyek adalah negatif yang berarti proyek tidak memenuhi standar kelayakan. Untuk menjadikan proyek ini memenuhi standar kelayakan, dapat dilakukan dengan cara menggunakan dana pinjaman yang berasal dari global bond dengan porsi minimal debt to equity ratio sebesar 180%. Nilai kelayakan proyek semakin baik jika debt to equity ratio semakin besar. Analisis sensitivitas terhadap perubahan nilai investasi, tarip sewa dan biaya operasi memberikan kesimpulan bahwa nilai proyek sangat sensitif terhadap perubahan nilai investasi/ tarip sewa.Ada tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
T 232/14 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Jakarta Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia., 2014 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Investment Profitability Cost of debt Capital budgeting Capital asset pricing model Internal rate of return Adjusted present value |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xiii, 78 p., 18 p. : il. ; 30 cm & lamp. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |