Text
Fenomena fear of floating nilai tukar di Indonesia periode 1998-2007 : identifikasi, alasan ekonomi dan implikasinya terhadap kebijakan moneter
Disertasi ini dilatarbelakangi adanya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap USD yang relatif stabil di dalam rezim nilai tukar mengambang be bas yaitu pada periode 2002-2007, sehingga timbul pertanyaan penelitian berikut: (1) Apakah stabilnya perilaku nilai tukar di dalam periode rezirn nilai tukar mengambang bebas ini merupakan hasil adanya intervensi dari Otoritas Moneter, sehingga dikatakan bahwa fenomena fear of floating nilai tukar rupiah terhadap USO terjadi di Indonesia?; (2) Adakah alasan ekonomi bagi Otoritas Moneter untuk intervensi guna menstabilkan fluktuasi nilai tukar?; (3) Bagaimana respon kebijakan moneter (tingkat bunga dan cadangan devisa) terhadap adanya shock pada perilaku (level dan volatilitas) nilai tukar rupiah terhadap USO di dalam periode 1998-2007? Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi fenomena fear of floating nilai tukar rupiah terhadap USO di dalam rezim nilai tukar mengambang bebas; (2) Menunjukkan ada alasan ekonomi yang menjadi pertirnbangan Otoritas Moneter Indonesia untuk melakukan intervensi guna menstabilkan perilaku nilai tukar, dengan menunjukkan adanya exchange rate pass-through nilai tukar terhadap inflasi, adanya dampak perubahan perilaku nilai tukar baik level maupun volatilitasnya terhadap ekspor neto dan terhadap non performing loans (NPL) bank; (3) Melihat respon kebijakan moneter (tingkat bunga dan cadangan devisa) terhadap perubahan perilaku nilai tukar baik perubahan level maupun perubahan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap USO. Untuk mencapai tujuan penelitian pertama dipakai Indeks Fleksibilitas Nilai Tukar, yang merupakan rasio antara variance dari level nilai tukar terhadap variance dari .-variabel kebijakan moneter (tingkat bunga dan cadangan devisa). Variance digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur volatilitas. Nilai volatilitas diperoleh dengan model Time-varying variance (GARCH). Untuk tujuan penelitian kedua dipakai model Error correction mechanism (ECM) dan Time-varying parameter (TVP). Sedangkan untuk tujuan penelitian ketiga digunakan impulse response dari model Vector autoregress ive (VAR). Hasil pene lit ian ini mengindikas ikan bahwa pada periode Januari-Pebruari 2003, .!uni-Septe mber 200-L dan Juni 2005-Mei 2007 terjadi fenomcna fear ofjloatinK nilai tukar rupiah terh a Jap USO. lntervensi yang dilakukan Otoritas Moneter pada periode 2003-2007 kemungkinan dilakukan agar rupiah tidak cenderung terus menguat yang akan berdampak negatif pada neraca perdagangan. Intervensi oleh Otoritas Moneter kemungkinan juga dilakukan untuk menjaga agar volatilitas nilai tukar tidak terus menurun yang bisa berdampak pada pencapaian besarnya variance dari nilai tukar yang akan sama dengan no[ (level nilai tukar tetap) . Ada alasan ekonomi yang melatarbelakangi Bank Sentral melakukan intervensi guna menstabilkan perilaku nilai tukar. Oepresiasi rupiah terhadap USO dan peningkatan volatilitas nilai tukar berdampak pada kenaikkan inflasi dan peningkatan non performing loans (NPL) bank. Apresiasi rupiah terhadap USO dan peningkatan volatilitas nilai tukar berdampak pada penurunan nilai ekspor neto. Jika terjadi shock pada nilai tukar yang mengakibatkan perubahan level nilai tukar, maka Otoritas Moneter akan merespon melalui tingkat bunga selama 4 bulan dan melalui cadangan devisa dilakukan selama 2 bulan. Dilain pihak jika terjadi shock pada nilai tukar yang mengakibatkan perubahan volatilitas nilai tukar, rnaka Otoritas Moneter akan merespon melalui tingkat bunga selama 3 bulan dan melalui cadangan devisa dilakukan selama 2 bulan. Implikasinya , jika Otoritas Moneter ingin tetap melakukan intervensi guna menstabilkan perilaku nilai tukar rupiah terhadap USD, maka kredibilitas Otoritas Moneter akan terganggu karena seringnya melakukan perubahan pada tingkat bunga , dan Otoritas Moneter juga harus selalu menjaga agar cadangan devisa dalam posisi minimal sebesar kebutuhan pembayaran impor selama 5 bulan. Shock pada perilaku nilai tukar yang bersifat depresiasi dan apresiasi tentunya akan memiliki dampak berbeda terhadap inflasi , ekspor neto, maupun NPL bank. Oleh karena itu untuk penelitian lebih lanjut disarankan menggunakan model ECM yang asymmetric, Sehingga koefisien speed of adjustment dari shock depresiasi dan apresiasi bisa dihandingkan untuk melihat shock mana yang lebih dominan dalam menuju kondisi keseimbangan jangka panjang, sehingga Otoritas Moneter bisa mendapat informasi yang lebih jelas. Ada tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
D 298 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Depok Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia., 2008 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Exchange rate Monetary policy Economics Fear of floating Time varying variance Error correction mechanism Time varying parameter |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xiv, 178 p. : il. ; 30 cm. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |