Text
Pengaruh faktor spekulatif terhadap krisis keuangan di pasar modal : studi empiri perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia
Krisis global dimulai dari krisis keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2007. Krisis tersebut segera menyulut pertanyaan besar: Bagairnana mungkin negara yang sudah begitu mapan dalam sistem dan infrastruktur ekonomi dapat mengalami krisis yang begitu rnendalam dan kemudian menjalar ke seluruh dunia? . Berbagai studi, diantaranya, Minsky (2008), Shiller, (2008) dan, Stiglitz (20 I 0) menyatakan bahwa krisis disebabkan oleh tiga faktor utama yakni: (I) sikap spekulatif pelaku ekonomi; (2) regulasi atau infrastruktur ekonomi yang lemah atau tidak efektif; dan (3) manajemen risiko yang kurang memadai. Tiga faktor seperti disebutkan di atas akan mengakibatkan terjadinya mispricing atau mis valuation atas produk atau assets. Dalam kaitannya dengan saham, mispricing atau misevaluation, ditandai oleh adanya gelembung harga (price bubble). Gelembung harga, oleh para ahli ilmu ekonorni keuangan, didefinisikan sebagai penyirnpangan positif dari nilai fundamental atau nilai intrinsik . Jika daya dukung ekonomi riil sudah tidak mampu lagi mempertahankan pertumbuhan harga, maka gelembung itu akan meletus, ditandai oleh kejatuhan pasar dalam besaran yang signifikan secara tiba-tiba (market crash). Kejatuhan pasar dapat mengarah ke kondisi ponzi yang didefinisikan oleh Minsky (2008) sebagai situasi dimana pembayaran kembali kewajiban hanya dapat dilakukan dengan menjual seluruh asset. Disertasi ini akan meneliti pengaruh faktor spekulasi terhadap kemungkinan terjadinya krisis keuangan di pasar modal Indonesia. Krisis keuangan dijabarkan dalam bentuk kejatuhan harga atau market crash. Unsur spekulasi, yang dalam disertasi ini sering disebut risiko salah persepsi, terefleksikan dalam perilaku individu pada saat melakukan keputusan investasi. Keputusan investasi memunculkan permintaan saharn dan permintaan membentuk harga. Keputusan investasi adalah cerminan perilaku. Krisis pasar modal yang ditunjukkan dengan kejatuhan pasar akan dilihat dari dua sudut pandang yaitu: ( 1) perilaku investor; (2) daya dukung ekonomi investor yang diwakili oleh kemampuan rnembayar hutang. Kerangka pemikiran tentang terbentuknya spekulasi dalam perdagangan saham serta pengaruhnya terhadap kejatuhan pasar diuraikan berikut ini. Pada waktu melakukan keputusan investasi, individu rnenggantungkan pada preferensinya. Total kekayaan adalah kendalanya. Total kekayaan, juga disebut dana investasi, dapat dibelanjai dari modal sendiri (equity) dan pinjaman dari luar. Friedman (1957) mendekati masalah preferensi rnelalui teori hipotesa pendapatan permanen. Hipotesa mt rnenyatakan bahwa individu mencoba untuk memaksimurnkan konsurnsi seumur hidupnya dan secara periodik berusaha untuk menyamaratakan berdasarkan harapan penghasilan seumur hidupnya. Dalam kaitan ini, penggunaan hutang untuk rnernbelanjai konsumsi sekarang adalah suatu kemungkinan. Markowitz (1952) menyatakan bahwa untuk rnengoptimalkan alokasi assets, investor dengan tingkat aversi risiko tertentu, harus menggunakan hutang untuk mencapai titik optimal investasi. Moix (2001) menyatakan bahwa perilaku individu pada waktu melakukan keputusan investasi adalah berusaha untuk mengoptimalkan rata-rata (mean) dan varians (variances) dari risiko yang terkandung dalam keputusan tersebut. De Long et al (1989b ), memodelkan pengaruh strategi umpan balik positif (positive feed back) terhadap fungsi permintaan noise trader. Dalam strategi umpan balik positif noise trader atas dasar keyakinannya terhadap informasi non-fundamental, memicu harga untuk naik. Keputusan yang didasarkan atas keyakinan ini, mengandung unsur risiko salah persepsi dan memunculkan adanya gelembung harga atau price bubble . Inilah yang kemudian dalam disertasi ini, diartikan sebagai perdagangan spekulatif. Untuk kepentingan studinya De Long et al mengelompokkan investor menjadi tiga kategori dengan pola permintaan yang berbeda. Ke tiga jenis investor tersebut adalah: (1) noise trader yang menggunakan stategi umpan balik positif dalam melakukan keputusan investasi; (2) investor canggih (sering disebut dengan investor rasional atau investor riil) dan ; (3) investor pasif. Model yang dikembangkan oleh De Long et al menyimpulkan bahwa, investor canggih yang diharapkan bertindak sebagai arbitrator, dan dengan demikian akan membawa harga kembali ke nilai fundamental, justru bertindak sebaliknya. Mereka ikut meramaikan permintaan, dan keluar dari pasar ketika harga akan jatuh. Akibatnya, terdapat suatu pola, dimana dalam jangka pendek pergerakan harga saham berkorelasi secara positif, tetapi kemudian diikuti dengan pembalikan ke harga rata-ratanya dalam jangka waktu panjang. Pola mean reverting semacam ini banyak ditemui dalam studi empiris. Jika investor canggih dominan di pasar, pola mean reverting akan terjadi secara gradual. Tujuan mereka untuk memaksimalkan utilitas dalam kondisi pasar efisien akan mendorong ke arah ini. Sebaliknya, apabila pasar didominasi oleh noise trader, harga tidak akan turun, walaupun telah melampaui batas maksimal pertumbuhan nilai fundamental. Dalam keadaan terjadi gelembung harga spekulatif semacam ini, pola mean reverting akan berlangsung dalam jangka waktu lebih lama, atau, altematifnya, gelembung harga tersebut tiba-tiba meletus. Yaitu, pada saat kemampuan ekonomis investor atau pasar, tidak mampu lagi mendukungnya. Penelitian tentang gelembung harga dan kejatuhan pasar telah dilakukan, diantaranya, oleh Shiller ( 1981, 2000, 2008), West ( 1988), Hong dan Stein (1999), Chen et al (2001) Wu dan Xiao (2008) serta Bree dan Joseph (2010). Walaupun dalam perkembangannya, telah dibedakan antara gelembung harga rasional dan spekulatif, namun mereka tetap bertumpu pada konsep hipotesa pasar efisien, dengan nilai fundamental sebagai dasar berpijak. Daya dukung ekonomis, sebagai pemicu meletusnya gelembung harga, selalu dikaitkan dengan nilai tersebut. Alih-alih mengantisipasikan kejatuhan pasar rancangan masalah dan pengujian empiris yang dilakukan atau dikembangkan, masih bertitik tolak pada identifikasi atau spesifikasi gelembung harga, yang disebabkan oleh unsur salah persepsi. Tujuan penelitian dalam disertasi ini adalah, mengembangkan model yang dapat menunjukkan bahwa: (1) kejatuhan pasar dapat diantisipasi melalui pergerakan harga saham; (2) risiko spekulatif berpengaruh dalam pergerakan harga saham; (3) pergerakan harga saham, dan dengan demikian faktor spekulasi, mengikuti pola mean reverting dan; ( 4) perilaku investor asing dalam melakukan keputusan investasi tidak sama dengan investor lokal. Tujuan penelitian pertama dicapai dengan mengembangkan model kejatuhan pasar. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, disertasi ini menggunakan hubungan antara kekayaan investor dan harga sebagai cerminan dari unsur perilaku. Sementara itu, oleh karena investasi dapat dibiayai dengan pinjaman maka model dalam penelitian ini melihat daya dukung ekonomis investor dari sudut kemampuannya untuk mencegah kondisi gagal bayar dan pailit secara teknis. Adanya pinjaman mengakibatkan kemampuan investor untuk menahan investasi saat terjadi penurunan harga menjadi terbatas oleh karena syarat cicilan pokok dan bunga yang bersifat tetap. Ada dua pendekatan dalam pengembangan model. Pertama, kejatuhan pasar dilihat dari kemampuan memperoleh penghasilan periodik, untuk membayar cicilan pokok plus bunga pinjaman, sedemikian rupa sehingga kondisi gagal bayar tidak terjadi. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan gagal bayar. Pendekatan ke dua, menggunakan kemampuan membayar seluruh kewajiban, pada posisi atau saat tertentu, sebagai indikator dapat dihindarinya kondisi pailit. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan ponzi. Keberadaan unsur spekulasi dideteksi melalui stasionaritas varians variabel residu, dalam persamaan harga saham dengan nilai fundamental dan goncangan permintaan. Fungsi harga yang digunakan merujuk pada noise trade risk model yang dikembangkan oleh De Long et al tahun 1990. Pola mean reverting juga diuji melalui persamaan ini. Perbedaan perilaku dalam kaitannya dengan unsur salah persepsi investor diteliti melalui fungsi permintaan mereka. Untuk itu, investor dikelompokkan menjadi investor asing dan lokal. Fungsi permintaan noise trader yang juga dikembangkan oleh De Long et al, 1989, akan digunakan dalam kaitan ini. Model yang dikembangkan menghasilkan rumus prasyarat kejatuhan pasar yang ditentukan oleh dua faktor/ yaitu pertumbuhan harga disesuaikan atau adjusted p dot dan elastisitas harga. Faktor pertama merupakan indikator yang dapat digunakan untuk evaluasi kejatuhan pasar dari waktu ke waktu. Hipotesis yang ditetapkan adalah bahwa, jika pertumbuhan harga disesuaikan lebih besar dari pada elastisitas harga, maka terdapat kemungkinan terjadinya kejatuhan pasar. Perbedaan antara pendekatan gagal bayar dan pendekatan ponzi terletak pada faktor penyesuaian yang digunakan. Pendekatan gagal bayar menggunakan return on equity sedang pendekatan ponzi memakai debt to assets ratio. Tingkat materialitas dihitung sebagai inverse dari elastisitas harga yang mencerminkan pola perilaku investor. Nilai koefisien ini, yang merupakan cerminan dari strategi umpan balik, diperoleh melalui hubungan historis variabel perturnbuhan kekayaan dan harga. Prasyarat kejatuhan paar berdasarkan pendekatan gagal bayar dapat dinyatakan sebagai: p I ->-----n (I-8){1+cp) p 1 atau ->-n b, Dalam rumus tersebut p = perubahan harga; Q = return on equity; 8 = fraksi pembayaran pokok dan bunga terhadap total pendapatan (penghasilan) dari investor;
atau ( ) >-(1-q' (1-8){l+cp) 1-f' bl (3) Simbol 'I' menunjukkan debt to assets ratio . Apabila kejatuhan pasar dievaluasi pada suatu saat (waktu) tertentu, s, maka jangka waktu untuk mencapai keadaan ponzi atau bangkrut ( ~) dapat dirumuskan sebagai be ri kut: 1-"I'(s) 1-f(s) (4) T = atau T = ---'-'-c ( 1 - 8) ( 1 +
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
D 324 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Depok Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia., 2012 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Investment Financial crisis Capital market Speculative Market crash Payment default Share pricing model |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xxii, 208 p. : il. ; 30 cm. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |