Text
Pada masa kini, globalisasi telah mendorong ketatnya persaingan di dalam lingkungan usaha. Lingkungan usaha berada pada abad informasi yang menekankan penciptaan nilai melalui aktiva tidak berwujud perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian dan pengukuran berdasarkan berbagai ukuran kinerja keuangan masa lalu akan menghambat terlaksananya pengukuran kinerja secara efektif, serta komunikasi dan implementasi strategi secara sukses. Kondisi tersebut mendorong banyak perusahaan mulai menerapkan balanced scorecard (BSC) sebagai strategic management system. PT Alpharma sebagai objek penelitian dalam karya akhir ini merupakan perusahaan farmasi penanaman modal asing, anak perusahaan kelompok Alpharma Incorporate. Sebelum memiliki nama PT. Alpharma karena proses akuisisi, perusahaan ini dikenal sebagai PT. Dumex Indonesia yang merupakan perusahaan penanaman modal asing pertama di bidang farmasi. Di dalam lingkungan usahanya, Alpharma harus terus mewaspadai persaingan di dalam industri farmasi sangat ketat karena jumlah pemainnya banyak. Akibatnya, pangsa pasar yang diperebutkan menjadi sangat fragmented. Namun, hambatan untuk masuk ke dalam industri farmasi cukup besar karena dibutuhkan modal yang tinggi. Hal ini menyebabkan potensi timbulnya pemain baru menjadi rendah. Pengaruh Pemerintah, Departemen Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Ikatan Dokter Indonesia juga cukup besar dalam menggerakkan permintaan produk-produk farmasi. Melihat keadaan lingkungan usaha tersebut, Alpharma berusaha untuk mengembangkan potensi aktiva tidak berwujudnya melalui penerapan BSC sejak tahun 1999. Sebuah perusahaan yang telah menerapkan BSC harus melaksanakan evaluasi secara kontinu terhadap strateginya, measurement, dan initiatives supaya membantu perusahaan menjadi Strategy-Focused Organization. Maka, demikian pula dengan PT. Alpharma yang telah menerapkan BSC sejak tahun 1999. Evaluasi mengenai bagaimana BSC membantu proses komunikasi dan implementasi strategi menjadi sangat penting karena selama penerapannya, strategi belum dapat dikomunikasikan Alpharma sampai ke level bawah. Hal ini disebabkan eksekutif kurang memahami strategi perusahaan dan konsep BSC secara komprehensif. Proses evaluasi dilaksanakan dengan mengumpulkan data melalui proses observasi dan wawancara langsung dengan direktur utama PT. Alpharma. Tinjauan langsung ke perusahaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran langsung mengenai keadaan perusahaan dan proses penerapan BSCnya. Dalam rangka mencapai visinya untuk membuat obat terjangkau bagi masyarakat, maka Alpharma menjalankan strategi low total cost. Untuk mendukung pencapaian low total cost, maka dalam jangak pendek harus dilaksanakan usaha perbaikan produktivitas. Sedangkan dalam jangka panjang, Alpharma mengharapkan adanya revenue growth. Maka, bersamaan dengan strategi low total cost dijalankan pula strategi complete customer solution. Untuk melaksanakan kedua strategi ini secara bersamaan, pemahaman eksekutif menjadi kunci utamanya. Eksekutif harus memahami bahwa strategi low total cost sebagai basic strategy akan ditujukan untuk end-user dari produk Alpharma. Sedangkan strategi complete customer solution sebagai differentiated strategy diarahkan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para dokter dan apotik. BSC Alpharma terdiri dari KPI individual yang cukup banyak, oleh karena itu perlu pengembangan lebih baik lagi melalui : pemberian KPI dictionary, pengurangan KPI, penetapan tema strategi, pemisahan lag dan lead indicator, serta yang terpenting adalah deskripsi yang lebih jelas mengenai cause-and-effect relationship dalam bentuk strategy map. Untuk mendukung implementasi strategi Alpharma melalui penerapan BSC, harus dapat diciptakan sinergi antara perusahaan dengan individu dalam perusahaan dan stakeholders yang berpengaruh, yaitu distributor. Dengan demikian, distributor harus memiliki BSCnya sendiri yang merupakan stakeholders scorecard sebagai bagian dari corporate scorecard, sehingga kontribusi yang diharapkan oleh Alpharma dihasilkan dari distributornya tampak lebih jelas. Kemampuan distributor yang selama ini masih kurang dikembangkan, harus lebih diperhatikan agar mereka mampu menjadi perpanjangan tangan dari Alpharma. Selain distributor, pengembangan kemampuan field force juga penting dalam memberikan pelayanan memuaskan bagi para dokter agar permintaan atas produk Alpharma dapat ditingkatkan. Penerapan prinsip-prinsip Strategy-Focused Organization (SFO) akan sangat membantu proses implementasi strategi secara sukses melalui BSC. Oleh karena itu, edukasi mengenai konsep BSC dan prinsip SFO harus dilaksanakan kontinu. Prinsip-prinsip ini antara lain berguna untuk mengembangkan proses komunikasi, pengembangan sistem kompensasi, proses feedback dan learning, serta pengembangan leadership dari eksekutif. Sebagai dukungan terhadap penerapan BSC Alpharma, maka alangkah baiknya jika BSC software yang telah tersedia ditingkatkan peranannya dalam memberikan informasi untuk mengarahkan perhatian eksekutif kepada sumber permasalahan. Informasi ini akan sangat mendukung penerapan BSC dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan implementasi strategi. Pada akhirnya, evaluasi terhadap penerapan BSC di Alpharma dapat lebih mendorong proses strategic learning untuk menciptakan Strategy-Focused Organization yang lebih baik. Maka, Alpharma dapat menjalankan proses strategic management secara tepat untuk menciptakan nilai melalui aktiva tidak berwujud yang dimilikinya di dalam turbulensi lingkungan usaha. Ada tabel.
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
T 043/04 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Jakarta: Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2004 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Strategic management Balanced scorecard Pharmaceutical industry |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xv, 181 p. diagr. 28 cm. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |