Text
Mendeteksi manipulasi laporan keuangan
Apakah akuntan publik bertanggung jawab mendeteksi manipulasi laporan keuangan? Pemikiran mengenai pertanyaan ini berevolusi secara terukur selama beberapa abad. Luca Pacioli, biarawan Katolik dari Ordo Franciscan (1445â?’1517), menerbitkan bukunya Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et Proportionalit? di Venesia tahun 1494. Volume I, Bab 9, Bagian ke-11 dari buku itu diberi judul Particularis de computis et scripturis. Hanya bagian ini yang diterjemahkan ke dalam 14 bahasa lain, di antaranya bahasa Inggris, Belanda (yang membawanya ke Indonesia), Jerman, Prancis, dan Rusia. Pacioli menyaksikan hiruk-pikuk perdagangan internasional antara saudagar Islam dari Timur Tengah, saudagar (Banias) Hindu dari Asia Tengah dan saudagar Kristen dari Eropa. Mereka tidak sekadar berdagang; mereka bertukar pengetahuan dan pengalaman. Mereka mengenalkan angka-angka Hindu-Arab (Hindu-Arabic numerals), yang lebih efisien dari angka-angka Romawi, dan akuntansi. Fra Luca Pacioli merekam pengetahuan ini, dan akuntansi yang direkamnya adalah sesuatu yang sakral. Buku kas dan bank Bank of England (1694) dibuka dengan kata-kata Laus Deo, Terpujilah Allah. Itu sesuai nasihat Pacioli dan Francesco Datini (saudagar dari Buku kas dan bank Bank of England (1694) dibuka dengan kata-kata Laus Deo, Terpujilah Allah. Itu sesuai nasihat Pacioli dan Francesco Datini (saudagar dari Prato) '?Awali segala sesuatu dengan pujian kepada Allah'?. Ketika meneliti era Pacioli, kami bertukar pikiran dengan Ersa Wahyuni, kandidat Doktor di University of Manchester. Ia memberi masukan penting, tentang Surat Al Baqarah ayat (2. Tidak dapat dipungkiri, nilai-nilai luhur agama yang mendasari akuntansi makin luntur. Orang Belanda memprakarsai saham dan korporasi. Mereka melahirkan VOC sekitar tahun 1602, lebih dari tujuh dasawarsa sebelum Bank of England. VOC bubar (1800). Plesetan namanya menjelaskan segalanya, Vergaan Onder Coruptie. Dari era Luca Pacioli, melalui VOC, kita menelusuri fraud di Kingston Cotton Mills Company tahun 1896. Kasusnya sampai di tingkat pengadilan banding di mana Lord Justice Lopes merumuskan suatu doktrin terkenal, An auditor is not bound to be a detective, ... He is a watchdog, but not a bloodhound. Doktrin yang sampai hari ini melekat di hati setiap akuntan publik. Beberapa dasawarsa di penghujung abad ke-20 memperlihatkan kesenjangan yang besar antara ekspektasi pengguna laporan keuangan dengan apa yang sebenarnya dilakukan akuntan publik sebagai auditor independen. Regulator, pengadilan, dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat berpihak kepada pengguna laporan keuangan dalam semua skandal akuntansi. Era SRO beralih ke Sarbanes-Oxley Act 2002. Profesi akuntansi dunia memasuki era baru, era InternationalStandard on Auditing No. 240 dan Statement of Auditing Standard No. 99. Praktik audit sudah meninggalkan doktrin Watchdog, mendekati (meskipun belum sepenuhnya merangkul) doktrin Bloodhound. Pembahasan mengenai perjalanan sejarah pemikiran di atas, dicakup dalam 12 (dua belas) bab, dua bab di antaranya mendokumentasikan putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara uji materi pasal-pasal tertentu dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Dua bab terakhir menyajikan kasus-kasus besar di antaranya Batavia Air dan Waskita Karya (Indonesia); Satyam, Kanebo, dan Olympus (Asia); dan Enron, WorldCom, Waste Management, Phar-Mor, ZZZZ Best Company, dan Crazy Eddie (Amerika Serikat).
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
657.3 TUA m | PSB lt.1 - B. Wajib | 8 |
Penerbit | Jakarta Salemba Empat., 2013 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Financial reporting Auditing Financial statements Fraud Manipulation |
ISBN/ISSN | 9789790613447 |
Klasifikasi | NONE |
Deskripsi Fisik | xiv, 648 p., 54 p. : il. ; 24 cm. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |