Text
Analisis surplus produsen kayu bersertifikat ekolabel yang diukur melalui price premium oleh Indra Sari Wardhani
Sertifikasi ekolabel merupakan salah satu instrumen pengelolaan hutan secara lestari dimana kemunculannya menimbulkan pro dan kontra. Pada dasarnya dari sisi ekologis sertifikasi ditujukan untuk meningkatkan standar pengelolaan hutan yang sustainable yang secara khusus diharapkan dapat mengurangi laju kerusakan hutan. Namun kemudian secara ekonomi, sertifikasi ini juga dapat memberikan win-win solutions bagi produsen maupun konsumen. Target utamanya adalah diskriminasi produk, sehingga konsumen dapat memilih produk yang diinginkan tanpa harus ragu. Sedangkan bagi produsen diskriminasi produk tersebut mampu menciptakan segmen pasar tertentu yang memaklumi perbedaan harga yang lebih tinggi (premium) untuk produk kayu bersertifikat ekolabel. Sertifikasi ekolabel bersifat sukarela dan bekerja atas dasar insentif pasar. Pada awalnya isu sertifikasi ini muncul di negara-negara Eropa dan Amerika sebagai negara pengimpor yang mensyaratkan sertifikasi ekolabel bagi produk kayunya. Itu berarti permintaan terhadap produk kayu bersertifikat ekolabel di Eopa dan Amerika sangat besar. Bagi negara pengekspor seperti Indonesia, hal ini dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan nilai ekspor produk-produk kayunya. Namun mengapa para pemilik HPH dan produsen kayu kurang tertarik terhadap program sertifikasi ekolabel ini. Hal ini terlihat dari sediktnya HPH yang bersertifikat ekolabel di Indonesia, bahkan dapat dikatakan bahwa PT.Diamond Raya Timber sebagai satu-satunya unit manajemen yang dinyatakan lulus sertifikasi oleh LEI (Lembaga ekolabel Indonesia) dan FSC (Forest Stewardship Council). Apakah hal ini dikarenakan sertifikasi ekolabel tidak menguntungkan secara ekonomi bagi produsen. Beranjak dari keingintahuan tersebut, maka dilakukan analisis terhadap surplus produsen kayu bersertifikat ekolabel yang diukur melalui peningkatan price premium. Dari hasi yang diperoleh, produsen yang bersertifikat ekolabel memperoleh surplus yang lebih besar atas penjualan produknya. Meskipun biaya sertifikasi menambah total biaya produksi, namun price premium mampu menkompensasi kenaikan biaya tersebut bahkan memberikan surplus pada produsen. Namun terlihat semakin tinggi price premium, maka segmen pasar akan semakin kecil. Hal ini terjadi bila besarnya price premium melebihi willingness to pay a premium dari konsumen. Bakan bila biaya sertifikasi tersebut dialihkan untuk investasi (deposito bank dengan bunga 6% per tahun), hasilnya tidak lebih menguntungkan. Sertifikasi ekolabel memberikan keuntungan baik finansial maupun ekologis yang sangat besar bagi produsen, konsumen maupun lingkungan. Oleh karena itu dalam perkembangannya sertifikasi ekolabel perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Ada bibliografi dan tabel.
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
4960 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Depok Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia., 2004 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Natural resources Wood Production Price premium |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xv, 112 p. diagr. 30 cm & lamp. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |