Text
Kontrak futures adalah kontrak perjanjian yang terstandarisasi antara dua pihak untuk membeli) atau menjual suatu aset dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya (delivery price) untuk penyerahan di masa depan, melalui mekanisme bursa yang terorganisasi. Futures merupakan jenis instrumen turunan (derivatif) dimana nilai dari kontrak futures tergantung dari aset/sekuritas yang mendasari kontrak futures tersebut. Karena itu, adanya perdagangan kontrak futures dapat berpengaruh pada pasar dari aset dasar tersebut dan sejumlah literatur telah membahas mengenai dampak yang terjadi dengan tujuan untuk secara empiris dapat merumuskan hubungan antara futures market dan underlying market tersebut. Salah satu area pembahasan/penelitian adalah mengenai pengaruh perdagangan kontrak futures pada volatilitas dari underlying assets. Secara keseluruhan, literatur-literatur yang ada memberikan bukti-bukti yang berbeda mengenai dampak dari perdagangan futures. Hal ini tidak mengherankan karena secara teoritis pun ada dua kubu hipotesa yang berkembang, yaitu ?destabilizing forces hypothesis? yang menyatakan masuk dan hadirnya para spekulan di pasar futures menghasilkan dorongan terhadap ketidakstabilan pasar yang pada artinya volatilitas pasar meningkat, dan ?market completion hypothesis? yang menyatakan bahwa perdagangan futures justru menyebabkan pasar yang lebih ?lengkap?, meningkatkan arus dan penyebaran informasi di pasar dan juga memberikan pilihan investasi yang beragam kepada para investor. Kontrak berjangka futures memberikan pilihan baru untuk berinvestasi dengan cara yang berbeda dan dengan biaya transaksi yang relatif lebih rendah. Hal ini juga diikuti oleh pasar modal Indonesia yang tepatnya sejak 13 Agustus tahun 2001, Bursa Efek Surabaya sebagai salah satu penyelenggara bursa utama Indonesia, meluncurkan intrumen derivatif LQ-45 Futures, yaitu kontrak berjangka dengan underlying asset berupa indeks LQ-45. Volatilitas adalah parameter stochastic yang digunakan untuk menggambarkan variasi (return) dari suatu asset. Investor tidak bisa mengetahui secara pasti, harga asset atau sekuritas yang dimilikinya di masa depan, yang bisa dilakukan adalah melakukan peramalan terhadap harga atau return asset di masa depan dengan memberikan probabilitas-probabilitas pada keadaan-keadaan yang mungkin terjadi. Dan volatilitas menunjukkan seberapa besar dispersi yang terjadi pada populasi probabilitas tersebut. Pada pasar yang efisien, tingkat harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap adanya informasi baru di pasar sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut. Proses perubahan harga tersebutlah yang kita namakan volatilitas. Namun jika harga pasar yang volatile tidak berkaitan dengan masuknya informasi baru, maka dapat dikatakan pasar tidak berfungsi sebagaimana mestinya (inefficiency). Dan bagi investor, hal ini menandakan semakin besarnya ketidakpastian bagi mereka untuk mendapatkan tingkat keuntungan (return) yang diharapakan. Atau dengan kata lain, resiko untuk berinvestasi di pasar semakin besar. Resiko dapat kita ukur dengan variance. Variance dapat dibedakan menjadi unconditional variance dan conditional variance. Conditional variance dapat digunakan memodelkan variance sebagai fungsi dari variance masa lalunya. Dalam penelitian yang menggunakan data runtun waktu, conditional variance paling banyak digunakan karena mempunyai ketelitian yang lebih baik dan dapat menangkap informasi masa lalunya. Conditional Variance dapat diformulasikan dengan menggunakan model GARCH. Pada tahun 1986, Tim Bollerslev memperkenalkan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH) sebagai perkembangan dari model sebelumnya ARCH yang diciptakan oleh Engle (1982). Model standar GARCH(p,q) menyatakan bahwa conditional variance dari return suatu sekuritas merupakan fungsi linear dari peramalan variance dan error kuadrat masa lalu. Selain menggunakan model standar GARCH, skripsi ini juga menerapkan model variasi GARCH, yaitu TARCH dan E-GARCH. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada volatilitas pasar spot setelah adanya perdagangan kontrak berjangka futures indeks LQ45, menguji adanya respon yang asimetris terhadap menurunnya harga pasar (bad news) jika dibandingkan dengan respon yang diberikan terhadap kenaikan harga pasar (good news), serta mengetahui hubungan antara volatilitas pasar dengan aktivitas perdagangan di pasar futures LQ45. Adapun aktivitas perdagangan yang digunakan adalah jumlah volume perdagangan dan jumlah open interest, yaitu jumlah kontrak dalam posisi terbuka dan belum ditutup dengan mengambil posisi sebaliknya atau dilikuidasi dengan serah terima asetnya. Pengolahan data dalam skripsi ini dibantu oleh alat bantu perangkat analisa software e-views 4.1, sedangkan untuk pembuatan grafik dibantu oleh Microsoft Office Excel 2003. Hasil Pengolahan dan pemodelan data menunjukkan bahwa setelah adanya perdagangan kontrak futures indeks LQ45 di BES, volatilitas pasar spot yakni BEJ mengalami penurunan, namun penurunan tersebut relatif sangat kecil. Lalu lebih lanjut pemodelan yang dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara volatilitas pasar spot dengan aktivitas perdagangan futures, menunjukkan bahwa volatilitas pasar cenderung akan meningkat pada saat volume perdagangan di pasar futures tinggi, sebaliknya volatilitas pasar akan cenderung akan turun ketika jumlah kontrak futures yang masih terbuka (open interest) tinggi. Namun yang patut dijadikan catatan adalah bahwa pengaruh dari kedua jenis aktivitas perdagangan tersebut didorong oleh unexpected component (error) dan bukan dari expected component. Ditemukannya juga bahwa terjadi asymmetric response terhadap informasi baru yang datang ke pasar, dimana volatilitas pasar bereaksi lebih besar ketika bad news terjadi dibandingkan jika terjadi good news. Selain itu indikator harian (dummy hari) yang turut dimasukkan dalam pemodelan conditional mean menunjukkan adanya efek harian yang signifikan terjadi di pasar spot, yaitu pada hari Senin dimana return pasar negatif walaupun eksistensi efek Senin tersebut tidak konsisten terjadi di sepanjang periode waktu penelitian, sebaliknya pada hari Jumat return pasar mengalami peningkatan yang positif. Strategi investasi yang dapat diterapkan investor sehubungan adanya efek Senin dan Jumat yang terjadi, yaitu sebaiknya investor melakukan aksi beli saham-saham LQ45 pada hari perdagangan Senin, dan baru kemudian dilepas pada hari Jumat. Dari model conditional variance, diketahui juga bahwa sensitifitas pasar spot setelah adanya perdagangan futures lebih rendah, yang artinya pasar kurang cepat ?menyerap? adanya informasi baru di pasar, sehingga harga yang terbentuk tidak sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang berada di pasar spot. Karena kurang cepatnya proses adjustment pasar spot terhadap informasi baru, pergerakan pasar menjadi lebih predictable, dan volatilitas pasar spot cenderung persisten/tetap. Berdasarkan pernyataan tersebut, lalu ditambah dengan adanya efek harian, maka semakin membuktikan bahwa pasar modal kita masih belum efisien Ada tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
5061 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Depok: Depatemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2005 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Trade Market |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xii, 118 p. : diagr. ; 30 cm & lamp |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |