Text
Interaksi struktur dan kinerja dalam industri tepung terigu di Indonesia
Konsep paradigma struktur-prilaku-kinerja ( SCP ) dalam teori ekonomi industri terus mengalami perkembangan. Paradigma SCP merupakan suatu alat analisa untuk melihat suatu hubungan antara unsur-unsur dalam pasar. Pendekatan SCP tradisional memiliki asumsi adanya hubungan kausal yang stabil antara struktur dari suatu industri, perilaku perusahaan dan kinerja pasar. Hubungan yang terjadi dalam pola SCP adalah searah. Dengan mengasumsikan pasar yang dihadapi adalah pasar persaingan tidak sempurna dimana kekuatan pasar yang besar akibat kepemilikan aset yang tidak seimbang atau struktur pasar tidak seimbang sehingga dibutuhkan intervensi pemerintah untuk menyeimbangkannya dan membangun persaingan yang baik dalam pasar. Perkembangan selanjutnya, para ekonom yang tidak puas dengan aliran ini, memiliki anggapan lain mengenai persaingan pasar. Aliran yang dikena Chicago School ini mengasumsikan pasar yang dihadapi adalah pasar persaingan sempurna sehingga intervensi pemerintah justru hanya akan menjadi sumber utama kondisi monopoli atau lahirnya perilaku anti persaingan. Pola hubungan SCP pun mengalami perubahan dimana faktor teknologi dan kondisi masuk kedalam pasar menjadi faktor yang berpengaruh baik terhadap struktur, perilaku maupun kinerja pasar. Selanjutnya lahir kembali sekelompok ekonom yang tidak puas dengan kedua pendekatan tadi. Landasan yang digunakan sama dengan landasan SCP tradisional yaitu pasar yang dihadapi adalah tidak sempurna, namun pola hubungan yang terjadi dalam pola SCP lebih dinamis, tidak lagi searah, semua unsur dalam pasar dapat saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi disana. Pendekatan yang kemudian dikenal dengan pendekatan ekonomi industri baru ini tidak menganggap struktur sebagai satu-satunya faktor penentu kekuatan pasar melainkan banyak hal yang ikut mempengaruhinya, seperti interaksi strategi perusahaan, campur tangan pemerintah dan lainnya. Industri tepung terigu di Indonesia masih bergantung dengan bahan baku impor. Dahulu industri ini dimonopoli oleh BULOG selaku importir sekaligus distributor, sementara perusahaan tepung terigu hanya berfungsi sebagai penggiling gandum saja. Seiring perkembangan waktu, induistri ini menjadi salah satu industri yang dibuka untuk investasi baru sehingga mulai bermunculan perusahaan-prusahaan baru produsen tepung terigu, sampai kemudian pemerintah melakukan deregulasi pada tahun 1997 dimana produk terigu impor dapat masuk ke pasar terigu Indonesia dengan tarif masuk yang rendah. Dalam skripsi ini penelitian difokuskan untuk menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur dan kinerja pasar serta menguji teori ekonomi industri baru dimana terjadi interaksi antara setiap unsur dalam pasar. selain itu penelitian ini juga ingin melihat pengaruh dari deregulasi dan perilaku strategis perusahaan dalam industri ini terhadap persaingan pasar. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan simultan untuk melihat interkorelasi antara struktur dan kinerja. Karena pada persamaan perilaku terjadi identifikasi berlebih sehingga metode yang digunakan dalam estimasi adlaah metode Two Stage Least Square ( TSLS ) dengan penggunaan variabel instrumen. Data yang digunakan untuk pengujian adalah data kerat waktu ( time series ) industri tepung terigu di Indonesia pada tahun 1981 sampai 2001. Ada tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
5141 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Depok Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia., 2005 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Industrial economics Company performance Monopolies Flour Wheat industry |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xvi, 96 p. : diagr. ; 30 cm |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |