Logo

Pusat Sumber Belajar FEB UI

  • FAQ
  • Berita
  • Rooms
  • Bantuan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
  • Search
  • Google
  • Advanced Search
*sometimes there will be ads at the top, just scroll down to the results of this web
No image available for this title

Text

Konsentrasi spesial industri manufaktur besar dan sedang DKI Jakarta pasca pembentukan kawasan perdangan bebas ASEAN (AFTA) tahun 1991 - 2002

Nuzul Achjar (Pembimbing/Promotor) - ; Erlita Hadijah - ;

Liberalisasi perdagangan (penurunan tarif), diyakini akan mempengaruhi keadaan industri di suatu negara, dimana liberalisasi perdagangan akan memberikan insentif kepada perusahaan domestik untuk memindahkan produksinya ke region yang relatif mempunyai akses ke pasar luar negeri seperti daerah perbatasan atau kota pelabuhan, ceteris paribus untuk mengeksploitasi pasar yang semakin luas dan besar. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah penurunan tarif dalam rangka pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA) mengakibatkan terjadinya relokasi industri dari Jakarta ke Pulau Batam dengan menganalisa pertumbuhan tenaga kerja di Jakarta dan menggunakan data jumlah tenaga kerja industri manufaktur besar dan sedang tiga digit di DKI Jakarta tahun 1990-2002 dengan dekomposisi waktu yakni periode sebelum diberlakukannya AFTA (1991-1995) dan periode sesudah diberlakukannya AFTA (1995-2002). Dari hasil terlihat, sebelum diberlakukannya AFTA, adanya dominasi eksternalitas penghematan aglomerasi, khususnya penghematan aglomerasi dalam industri sejenis (penghematan lokalisasi) menyebabkan konsentrasi spasial industri yang kuat di Jakarta. Setelah diberlakukannya AFTA, diketahui bahwa kebijakan penurunan tarif justru menguatkan konsentrasi spasial industri di Jakarta atau dengan kata lain tidak terjadi relokasi kegiatan ekonomi dari Jakarta ke Batam. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena perusahaan menghadapi biaya tetap untuk pindah (fixed moving cost) yang tinggi yang bahkan mungkin lebih tinggi daripada biaya transportasi, masih atraktifnya Jakarta sebagai lokasi industri karena didukung dengan sarana yang memadai, atau adanya kemungkinan bahwa para industrialis manufaktur di Jakarta belum menganggap penting pasar ASEAN untuk dieksploitasi karena takut akan kehilangan pasar lokal sebab masih potensialnya pasar Indonesia jika dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang masih lebih besar dibandingkan dengan negara ASEAN lain.Ada tabel


Ketersediaan

Call NumberLocationAvailable
5154PSB lt.2 - Karya Akhir1
PenerbitDepok: Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2005
Edisi-
SubjekManufacturing industry
Industrial economics
Free trade areas
Small
Scole industry
AFFA
ISBN/ISSN-
Klasifikasi-
Deskripsi Fisikix, 121 p. ; 30 cm
Info Detail Spesifik-
Other Version/RelatedTidak tersedia versi lain
Lampiran BerkasTidak Ada Data

Pencarian Spesifik
Where do you want to share?