Text
Kajian balanced scorecard pada PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia diajukan oleh IG. A. Nyoman Lia O
Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non-bank yang dapat memberikan proteksi atau jaminan sebagaimana yang dilakukan oleh sektor perbankan dimana menanggung risiko-risiko tertentu yang besar. Selain itu juga sebagai lembaga penghimpun dana, yang bersumber dari penerimaan premi asuransi dari masyarakat, dimana dana ini telah mendapatkan persetujuan pemerintah untuk diinvestasikan kembali pada sektor-sektor produktif dan aman sekaligus sebagai pembiayaan pembangunan. Namun prospek industri asuransi terhambat dengan diperkirakan bahwa pertumbuhan premi akan melambat sampai tahun 2006 disamping lambannya proses restrukturisasi. Tekanan modal, gejolak pasar uang, dan ketidakpastian berusaha yang menghambat ekspansi usahanya, membuat industri asuransi nasional juga berada di ambang kehancuran. Kajian Biro Riset InfoBank menyatakan bahwa hanya 10 perusahaan berada pada kondisi aman, dan sebanyak 32 perusahaan memiliki rasio risiko terhadap modal (risk based capital/RBC) dibawah ketentuan pemerintah, yaitu diatas 120%. Rapuhnya industri asuransi juga ditandai oleh semakin banyaknya perusahaan asuransi yang masuk dalam daftar Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) dari tahun ke tahun. PT. (persero) Asuransi Kredit Indonesia, atau yang dikenal dengan PT. Askrindo adalah pemain utama industri asuransi milik pemerintah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia. Dalam membangun keunggulan kompetitif di dunia asuransi yang penuh tekanan dan risiko, PT. Askrindo memerlukan alat implementasi strategi yang lebih komprehensif, yang menggabungkan ukuran-ukuran finansial dan ukuran-ukuran non finansial dalam mengukur intangible asset. Pembangunan pondasi yang kuat akan menentukan kelangsungan hidup PT. Askrindo dalam jangka panjang. Balanced Scorecard sebagai sistem manajemen stratejik mampu mengintegrasikan faktor finansial dan non finansial di dalam PT. Askrindo agar selaras dengan tujuan perusahaan. Manajemen PT. Askrindo telah mempelajari Balanced Scorecard itu sendiri, dan menjadikan BSC sebagai agenda dalam Rencana Jangka Panjang 2004-2008. Namun komitmen manajemen puncak PT. Askrindo sepertinya belum kuat. Terdeteksi kurangnya koordinasi dan persiapan untuk menerapkan Balanced Scorecard sebagai alat implementasi stratejik. Balanced Scorecard yang diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton merupakan konsep keseimbangan pengukuran dengan mengkaitkan visi dan misi perusahaan. Pengukuran tersebut harus menunjukkan suatu hubungan sebab akibat. Untuk itu, karya akhir ini akan mengkaji Balanced Scorecard yang tercantum pada Rencana Jangka Panjang untuk disesuaikan dengan Balanced Scorecard yang digagas oleh Kaplan dan Norton, sekaligus membuat Strategy Map yang membantu pemahaman BSC. Kendala internal PT. (Persero) ASKRINDO, yaitu transfer ideologi inti (belief system) kepada seluruh karyawan belum berjalan baik. Kendala eksternal dari turbulensi lingkungan bisnis juga menjadi target perusahaan. Kedua kendala ini hanya dapat diatasi dengan sosialisasi belief system untuk pencanangan BSC dan koordinasi yang baik diantara pemahaman karyawan. Hal ini akan menjadi langkah awal implementasi Balanced Scorecard di PT. Askrindo. Diharapkan dengan penerapan BSC di PT. Askrindo pada akirnya memberikan manfaat mendeskripsikan strategi dan sistem manajemen baru, yang mengarahkan setiap bagian organisasi kepada strategi (strategy-focused organization). Ada tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
T 067/04 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Jakarta Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia., 2004 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Strategic management Balanced scorecard Credit insurance |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xi, 156 p. diagr. 28 cm. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |