Text
Penerapan analisis multiple discriminant dalam pemilihan saluran televisi di DKI Jaya diajukan oleh Agus Gde Surjawan
Sebelum tahun 1968, di Indonesia hanya ada satu stasiun televisi, yaitu TVRI saja. Saat ini, dengan ijin pemerintah, ada lima (5) stasiun penyiaran dan swasta (SPTS) di Indonesia, yaitu RCTI, TPI, SCTV, INDOSIAR, dan ANTEVE. Kelima SPTS tersebut sementara ini mendapatkan pemasukannya dari biaya iklan yang dipasang oleh para sponsor dalam suatu acara tertentu. Mengingat bahwa Jakarta merupakan suatu daerah metropolitan yang memiliki daya beli besar dari masyarakat, maka target pemirsa di Jakarta merupakan suatu target yang amat potensial. Ada empat tahap perkembangan pertelevian, dan industri pertelevisian Indonesia saat ini termasuk dalam tahap perkembangan yang ketiga, yaitu televisi dipandang sebagai suatu brand. Untuk hal inilah, maka SPTS yang harus mampu mempromosikan dan memposisikan keunikan yang dimilikinya agar bisa berbeda dengan SPTS yang lainnya. Namun banyak keunikan itu ternyata tidak dieksploitasi oleh SPTS yang bersangkutan. Penelitian ini berupaya untuk mencari perbedaan antara SPTS yang satu dengan yang lainnya dengan mengamati tanggapan pemirsa pada kualitas dan kuantitas pola acara dari suatu saluran SPTS yang amat digemari pemirsa tersebut. Adapun yang dijadikan populasi penelitian adalah semua warga DKI JAYA dengan ciri-cirinya telah bekerja, berpendidikan tingkat SLTA ke atas, dan berusia di atas 25 tahun yang tinggal didaerah berpendapatan menengah ke atas. Lalu dari sejumlah populasi tersebut, ditarik sejumlah 35 orang sampel dengan cara random, dimana jumlah tersebut ditentukan semata-mata karena adanya keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga. Dari hasil penelitian dengan memakai teknik analisa statistik, Multiple Discriminant Analysis (MDA), distemukan bahwa ada empat fungsi diskriminan yang signifikan dan ada sembilan belas (19) variabel atau aspek yang mampu membedakan suatu SPTS dengan SPTS lainnya secara signifikan. Adapun kesembilan-belas aspek tersebut adalah baik-buruknya gambar yang diterima, penerimaan suara, acara kuis berhadiah, acara film nasional Indonesia, acara film action, acara film horor, tayangan berita/informasi, tayangan pendidikan, tayangan ilmu pengetahuan, acara film silat/kungfu Mandarin, acara film drama Mandarin, acara film dramaEropa/Amerika, acara film cowboy (western), acara film India, acara hiburan musik, acara program belanja lewat TV, lamanya waktu penyiaran seluruh acara (dari awal hingga akhir), kualitas fasilitas penunjang yang ditawarkan (teletext, bilingual, stereo), dan besar kecilnya jumlah hadiah yang diberikan. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan pula bahwa tiga SPTS (RCTI, SCTV dan INDOSIAR) cenderung memiliki posisi yang unik satu sama lainnya dan unik pula posisinya terhadap dua SPTS lainnya (TPI dan ANTEVE). Sehingga dapat dikatakan bahwa semua SPTS di Indonesia cenderung menawarkan pola acara yang sama, namun ada beberapa variasi yang ditawarkan oleh RCTI, SCTV, dan INDOSIAR atas suatu acara sehingga acara itu unik dan variasi yang ditawarkan TPI dan ANTEVE nampaknya dipersepsikan subyek penelitian ini sebagai suatu hal yang sama dengan salah satu atau ketiga SPTS lainnya itu. Selanjutnya, pada bagian akhir dari tulisan ini dibuat beberapa kesimpulan dan saran yang ditujukan untu SPTS maupun kalangan yang terkait dengan industri penyiaran di Indonesia.Ada tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
T 072/95 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Jakarta Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia., 1995 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Theses Statistical methods |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | viii, 69 p. 29 cm & lamp. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |