Text
Dampak ekonomi pascatsunami dan keterkaitan ekonomi antarwilayah di Nanggroe Aceh Darussalam
Kehancuran perekonomian akibat gempa dan tsunami membawa dampak yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) , kerugian secara langsung menimpa daerah-daerah yang dilanda gempa dan tsunami , sedangkan kerugian tidak langsung juga dialami oleh daerah-daerah la innya. Berangkat dari kenyataan di atas, penelitian ini ingin mengetahui dampak kerugian dan keterkaitan ekonomi intraregion dan antarregion di NAD. Pengetahuan terhadap besarnya dampak kerugian langsung maupun tidak langsung akibat gempa dan tsunami diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pengambil keputusan. Dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah model Multiregional Input-Output (MRIO) dan ekonometrika, studi ini membangun MRIO NAD tahun 2002 dan 2006. Indonesia dibagi menjadi 4 ( empat) region, yakni Ladiagalasska (Lautan Hindia, Gayo Alas Singkil dan Selat Malaka) dan ROI (R e st of Indonesia) . Dalam aplikasi model, digunakan untuk menghitung berapa besarnya kerugian ekonomi langsung dan tidak langsung yang diakibatkan oleh bencana gempa bumi dan tsunami serta pola keterkaitan perekonomian intra dan antarregion di NAD dan Rest of Indonesia. Keterkaitan sektoral yang besar antarsektor setelah tsunami NAD hanya di region Selat Malaka, sedangkan region Lautan Hindia dan Gayo Alas Singkil memiliki keterkaitan sektoral yang masih sangat kecil. Hal ini mengindikasikan perekonomian di kedua region ini masih belum berkembang dan kurang terkait dengan sektor dan region lainnya. Proporsi dampak kerugian output dan nilai tambah terbesar di region Selat Malaka dan region Lautan Hindia, sedangkan proporsi dampak kehilangan kesempatan kerja terbesar di region Lautan Hindia yaitu 23,79 persen dari total angkatan kerja yang bekerja di region ini. Dampak kerugian tsunami terhadap kehilangan total output sebesar 25,61 triliun rupiah, kerugian langsung: 43,74 persen (Rp.11,20 triliun) dan kerugian tidak langsung 56,26 persen (Rp.14,41 triliun). Sedangkan dampak kerugian terhadap pembentukan Nilai Tambah sebesar 14,85 triliun rupiah atau 29,49 persen dari total PDRB NAD 2004, kerugian langsung sebesar Rp. 6,58 triliun (47,02 persen) dan kerugian tidak langsung: Rp. 8,26 triliun (52,98 persen). Demikian juga dengan kerugian terhadap kehilangan kesempatan kerja sebanyak 379.385 jiwa, di mana kerugian langsung sebanyak 162.024 jiwa (41,81 persen) dan kerugian tidak langsung sebanyak 217.361 jiwa (58,19 persen). Dengan menggunakan MRIO dan pendekatan ekonometrika, dapat dilakukan penghitungan dampak ekonomi bencana gempa dan tsunami pada level regional dan sektoral yang lebih akurat. Hasil penghitungan dampak gempa bumi dan tsunami terhadap perekonomian NAO menunjukkan bahwa, dampak tidak langsung berbeda secara proporsional dengan dampak langsung. Artinya, ada banyak kriteria dalam penentuan prioritas sektor dan region dalam rekonstruksi dan rehabilitasi daerah bencana alam. Dasar perekonomian yang kuat dari segi keterkaitan antarsektor, efisiensi proses produksi dan keterkaitan ekonomi lokal (intraregion) menjadi penting dalam perencanaan pembangunan. Apabila terjadi bencana, pemulihan perekonomian bisa menjadi lebih cepatAda tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
D 268 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Depok Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia., 2009 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Economic analysis Regional economy economic conditions Interregional economy Economic linkage Nanggroe Aceh Darusalam |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | xxvii, 183 p., 102 p. : diagr., il. ; 30 cm & lamp. |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |