Pengaruh Bargaining Power Ibu Terhadap Status Gizi Anak Di Indonesia
Status gizi yang buruk terutama selama masa anak-anak berdampak negatif pada kehidupan awal, serta sepanjang siklus hidup manusia. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan status gizi anak-anak adalah bargaining power ibu. Penelitian-penelitian sebelumnya masih memiliki keterbatasan: (1) penggunaan data cross-sectional, padahal status gizi (stunting) merupakan akumulasi periode sebelumnya dan bargaining power merupakan suatu proses, sehingga untuk melihat hubungan kausalitas kurang tepat jika menggunakan data cross-sectional; (2) pengukuran bargaining power masih menggunakan pendekatan tidak langsung yang umumnya berkisar pada kepemilikan ekonomi, sementara ada indikator yang lebih baik yaitu dengan pendekatan langsung melalui pertanyaan tentang pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bargaining power ibu terhadap status gizi anak di Indonesia. Unit analisisnya adalah anak berusia 7-19 tahun (IFLS5) yang masih memiliki dan tinggal bersama orang tua (IFLS4). Dengan menggunakan metode estimasi OLS, hasilnya menunjukan bahwa bargaining power ibu signifikan dan positif memengaruhi status gizi anak yang diukur dengan z-score TB/U. Demikian juga dengan status bekerja ayah, pendidikan dan tinggi badan orang tua, jenis kelamin anak, pendapatan dan kepemilikan aset rumah tangga, serta status kota-desa. Sedangkan bargaining power ayah dan status bekerja ibu tidak signifikan, bahkan umur dan jumlah saudara kandung anak memiliki dampak negatif.Ada Tabel
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
T 157/19 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Tidak tersedia versi lain