Logo

Pusat Sumber Belajar FEB UI

  • FAQ
  • Berita
  • Rooms
  • Bantuan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
  • Search
  • Google
  • Advanced Search
*sometimes there will be ads at the top, just scroll down to the results of this web
No image available for this title

Text

Pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi analisis sebelum dan sesudah krisis 1997/1998 dan krisis 2008

Solikin M. Juhro (Pembimbing/Promotor) - ; Fachriza - ;

Pengaruh perubahan nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia menjadi topik menarik sejak terjadi krisis nilai tukar rupiah pada tahun 1997 yang telah menyebabkan keseimbangan internal semakin parah. Hal ini tercermin dari melonjaknya inflasi dari 5,17% pada tahun 1996/1997 menjadi 34,22% pada akhir tahun anggaran 1997/1998 (BI, 1998). Melemahnya nilai tukar telah menyebabkan kenaikan yang tinggi pada harga barang-barang yang mengandung komponen impor. Pada sisi fiskal, depresiasi rupiah yang tajam telah mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat. Keterkaitan antara nilai tukar dan inflasi akan semakin jelas ketika terjadi perubahan sistem nilai tukar dari sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate) ke sistem nilai tukar mengambang bebas (freefloating exchange rate). Inflasi mengalami trend kenaikan yang lebih tajam ketika diberlakukan free floating exchange rate sejak kuartal kedua tahun 1997. Fluktuasi inflasi juga lebih tampak ketika periode free floating exchange rate dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi tampak mempunyai trend menurun ketika terjadi penguatan nilai tukar rupiah pada kuartal pertama tahun 1999. Kenyataan lain akibat depresiasi rupiah adalah adanya kontraksi output ketika sistem nilai tukar yang dipakai free floating exchange rate. Depresiasi rupiah yang tajam terjadi setelah penerapan free floating exchange rate dibarengi dengan adanya kontraksi output Indonesia. Depresiasi rupiah mengakibatkan barang-barang modal yang dibutuhkan industri dalam negeri mengalami lonjakan harga. Keadaan ini membuat perusahaan mengurangi kapasitas produksi barang yang mempunyai kandungan impor tinggi. Penurunan kapasitas produksi inilah yang menandai telah terjadi kontraksi output. Dengan demikian depresiasi rupiah telah menyebabkan terjadinya penurunan output. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah VECM untuk melihat keterkaitan antara nilai tukar terhadap inflasi dan output dan peranan kebijakan nilai tukar terhadap inflasi dan dampak penerapan kebijakan nilai tukar terhadap output pada krisis tahun 1997/1998 dan krisis tahun 2008. Alasan menggunakan metode VECM untuk melihat dampak nilai tukar terhadap inflasi dan output baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjangAda tabel


Ketersediaan

Call NumberLocationAvailable
T 354/15PSB lt.2 - Karya Akhir1
PenerbitDepok: Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 2015
Edisi-
SubjekEconomic growth
Exchange rate
Inflation
Economic crises
ISBN/ISSN-
Klasifikasi-
Deskripsi Fisikx, 98 p. : il. ; 30 cm
Info Detail Spesifik-
Other Version/RelatedTidak tersedia versi lain
Lampiran BerkasTidak Ada Data

Pencarian Spesifik
Where do you want to share?