Text
Pengaruh struktur kepemilikan, praktik governance terhadap kompensasi direksi komisaris, dan dampak ekses kompensasi terhadap kinerja perusahaan
Penelitian ini menggunakan data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah: a) faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kompensasi Direksi Komisaris?; b) apakah ekses kompensasi yang diterima oleh Direksi Komisaris merupakan tindakan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas oleh pemegang saham mayoritas? Selanjutnya, penelitian ini juga mengamati apakah perusahaan yang memiliki Direksi Komisaris terkait pemilik tinggi dan kepemilikan keluarga juga tinggi, maka kompensasi Direksi Komisarisnya semakin tinggi dan sebaliknya.Naik turunnya kompensasi Direksi Komisaris sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, ukuran perusahaan, pertumbuhan, tingkat risiko perusahaan. Faktor-faktor tersebut dalam penelitian ini berbentuk determinan ekonomi. Kompensasi Direksi Komisaris selain dipengaruhi oleh determinan ekonomi perusahaan, juga dapat dipengaruhi oleh praktik governance dan struktur kepemilikan. Praktik governance terdiri dari variabel indeks corporate governance (CG) dan proporsi keterkaitan direksi dan komisaris dengan pemilik perusahaan. Variabel struktur kepemilikan terdiri dari struktur kepemilikan keluarga dan kepemilikan asing. Keseluruhan variabel di atas berfungsi sebagai variabel independen.Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang paling kuat berpengaruh terhadap kompensasi Direksi Komisaris adalah determinan ekonomi seperti ukuran, kinerja operasional perusahaan, pertumbuhan dan risiko operasional perusahaan. Selain itu ditemukan pula Direksi Komisaris terkait pemilik, memiliki pengaruh positif terhadap kompensasi Dirkom, artinya semakin tinggi proporsi Dirkom terkait pemilik dalam perusahaan semakin tinggi kompensasi Direksi Komisaris. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mace (1971); Jensen, (1993); Fernandes, (2008); dan Ryan dan Wiggins (2004). Sebagaimana diekspektasi dengan mempertimbangkan variabel kontrol lainnya dan variabel interaksi lainnya maka semakin tinggi CG, makin rendah kompensasi Direksi Komisaris. Selain itu ditemukan pengaruh pertumbuhan perusahaann terhadap kompensasi Direksi Komisaris nampak semakin kuat, dengan semakin tingginya praktik CG. Sedangkan struktur kepemilikan keluarga dan asing berpengaruh negatif terhadap kompensasi Direksi Komisaris. Permasalahan keagenan di Indonesia berdasarkan beberapa penelitian terjadi antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Pemegang saham mayoritas yang dimaksudkan disini adalah pemilik bersama-sama manajemen, sementara itu pemegang saham minoritas adalah pemegang saham publik. Pemegang saham mayoritas yang juga berperan sebagai manajer memiliki insentif untuk melakukan ekspropriasi tehadap pemegang saham minoritas. Kompensasi yang semula dimaksudkan sebagai alat untuk mengatasi permasalahan keagenan antara manajer dengan pemilik perusahan dalam penelitian ini diragukan malah menimbulkan permasalahan keagenan itu sendiri antara pemegang saham mayoritas dengan minoritas. Dengan kata lain digunakan sebagai alat untuk melakukan ekspropriasi terhadap minoritas, yang akan dilihat dari ekses kompensasi yang diterima oleh Direksi Komisaris, dikaitkan dengan kinerja perusahan di masa yang akan datang. Hal ini didukung oleh lemahnya transparansi mengenai kompensasi Direksi Komisaris, lemahnya GCG di Indonesia yang didukung oleh hasil penelitian Kim (2005) dan Afriani (2006), dan lemahnya kepatuhan hukum di Indonesia serta struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada pihak tertentu seperti keluarga dan asing.Penelitian ini menunjukkan, adanya praktik governance dan struktur kepemilikan dalam perusahaan menimbulkan ekses kompensasi. Ekses kompensasi ini dikaitkan dengan kinerja perusahaan periode berikutnya menunjukkan hubungan negatif signifikan. Temuan ini mendukung pendapat Core et al., (1999); Chalmers et al. (2006) dan Brick, Palmon dan Wald (2006), yaitu ekses kompensasi tidak mendorong efektivitas kinerja periode berikutnya. Demikian juga mendukung teori ekstraksi keuntungan (rent extraction theory) dan pendekatan kekuasaan managerial (managerial power approach), yang dikemukakan oleh Bebchuck and Fried (2003). Hasil analisa tambahan, menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi keluarga dalam perusahaan dan semakin rendah keterlibatannya dalam manajemen perusahaan, semakin rendah kompensasi Direksi Komisaris. Artinya apabila keluarga hanya bertindak sebagai pemilik namun tidak memiliki keterlibatan yang tinggi dalam manajemen perusahaan, maka kompensasi Direksi Komisaris menjadi lebih optimal. Atau dengan kata lain kontrol keluarga sebagai pemilik terhadap kompensasi Direksi Komisaris berjalan dengan efektif. .23 Juli 2009
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
DMA 0077 | PSB lt.dasar - Pascasarjana | 1 |
Penerbit | Depok Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia., 2009 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Keuangan |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | - |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |