Text
Kebijakan Bank Sentral : Teori dan Praktik
Sekitar dua dekade sebelum terjadinya krisis keuangan global 2008/2009, bank-bank sentral di berbagai negara memfokuskan tujuannya, baik karena amanat undang-undang maupun praktik kebijakannya, pada stabilitas harga (inflasi) guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, sebagian bank sentral juga melakukan stabilisasi nilai tukar sebagai bagian untuk mencapai stabilitas harga yang menjadi tujuan utama. Untuk mencapai tujuan utama itu, pada umumnya bank sentral memfokuskan pada tiga tugas, yakni: kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan bank. Hanya saja, di sejumlah negara, seperti Australia dan Jepang, tugas pengawasan bank dialihkan dari bank sentral ke suatu lembaga yang dibentuk tersendiri. Demikian pula di Korea Selatan dan Indonesia pasca krisis Asia 1997-1998. Alhasil, bank sentral lebih banyak melakukan kebijakan moneter untuk mencapai mandat stabilitas harga tersebut. Di dalam praktiknya, kerangka kebijakan moneter dengan sasaran stabilitas harga atau dikenal dengan sebutan Inflation Targeting Framework (ITF), menjadi sangat terkenal dan banyak dianut di berbagai negara maju maupun negara-negara yang tergolong Emerging Market Economies (EMEs), seperti Indonesia. Namun, krisis keuangan global 2008/2009 di tahun 2008, tampaknya telah mengubah secara mendasar cara pandang terhadap mandat dan praktik kebijakan bank sentral. Bukan dikarenakan kebijakan moneter berdasar ITF tersebut gagal. Justru sebaliknya, kebijakan moneter berdasar ITF telah berhasil menurunkan inflasi pada tingkat yang rendah, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan penurunan suku bunga selama dua dekade terakhir di banyak negara (Berg, et. al., 2013). Masalahnya adalah, pemfokusan kebijakan moneter bank sentral pada stabilitas harga membuatnya kurang memperhitungkan risiko krisis yang muncul dari keterkaitan sistem keuangan dengan makroekonomi, macro-financial linkages. Terlebih lagi, di bank-bank sentral yang tidak lagi diberi tugas pengawasan bank. Begitu pula pengaturan dan pengawasan individual lembaga keuangan (mikroprudensial), juga tidak mampu memitigasi risiko makrofinansial tersebut, karena memang fokusnya hanya pada kesehatan individual lembaga keuangan. BAB 1 PENDAHULUAN 2 Bauran Kebijakan Bank Sentral: Konsepsi Pokok dan Pengalaman Bank Indonesia Krisis keuangan Amerika Serikat (AS) tahun 2008 contohnya. Rendahnya inflasi dan suku bunga di era Great Moderation telah mendorong peningkatan risk-taking behaviour. Fenomena ini tercermin dari maraknya kredit perumahan bank yang kemudian disekuritisasi dan diperdagangkan di dalam sistem keuangan. Keterkaitan makrofinansial dalam boom ekonomi di negara adidaya itu meningkatkan risiko sistemik yang berujung pada krisis finansial yang maha dahsyat dan berdampak ke seluruh belahan dunia. Krisis keuangan global 2008/2009 kembali membuka tabir rentannya sistem ekonomi kapitalis yang mendasarkan pada perdagangan uang dan modal melalui sistem keuangan untuk membiayai investasi. Dalam pernyataan Minsky (1982), ketidakstabilan sistem keuangan merupakan konsekuensi dari ekonomi kapitalis, di mana kenaikan nilai aset dan akumulasi utang berpotensi tidak terkendali. Dalam periode ekonomi sedang menanjak, antara lain didukung oleh stabilitas harga (inflasi) yang terkendali dan suku bunga yang rendah seperti pada era Great Moderation di AS, tingkat keuntungan investasi dan kenaikan nilai aset (keuangan dan fisik) akan lebih tinggi dari suku bunga utang atau biaya modal. Persepsi bahwa keuntungan investasi akan terus tinggi pada periode boom ekonomi akan mendorong semakin maraknya perdagangan uang dan modal untuk membiayai investasi tersebut. Akumulasi utang, apakah dari kredit perbankan atau utang luar negeri, semakin tidak terkendali. Investor spekulatif dan ponzi semakin mendominasi dibanding investor yang berhati-hati dan melakukan lindung nilai (hedging). Hingga akhirnya investasi spekulatif dan ponzi tersebut merugi dan menimbulkan ketidakstabilan sistem keuangan. Sehingga, menurut Minsky, sumber dari instabilitas adalah stabilitas itu sendiri atau stability is destabilizing. Kondisi ekonomi boom kemudian bust di dalam siklus keuangan akhirnya akan mendorong ekonomi jatuh ke dalam krisis. Singkatnya, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bank sentral tidak cukup hanya melakukan kebijakan moneter untuk mencapai stabilitas harga (dan stabilitas nilai tukar) saja. Bank sentral perlu mendorong stabilitas sistem keuangan melalui pengaturan dan pengawasan makroprudensial terhadap sistem keuangan dari perspektif makro dan fokus pada risiko sistemik guna mendukung perlemahan ekonomi yang berkelembagaan. Pertanyaannya, bagaimana hal ini dapat dilakukan? Untuk menjawabnya, buku ini akan menjelaskan berbagai pemikiran dan praktik terkini mengenai pentingnya bauran kebijakan bank sentral untuk 3 Pendahuluan mencapai stabilitas harga dan stabilitas sistem keuangan, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Secara khusus, buku ini akan menunjukkan bahwa bauran kebijakan bank sentral sebagai paradigma baru yang secara konseptual koheren dan secara praktik dapat diterapkan. Untuk itu, dalam pembahasannya dibagi ke dalam tiga bagian. Pertama, diuraikan bagaimana implikasi krisis keuangan global 2008/2009 terhadap peran bank sentral dan perlunya mandat ganda bank sentral dalam mencapai stabilitas harga dan mendukung stabilitas sistem keuangan. Kedua, ditunjukkan bagaimana bauran kebijakan dirumuskan untuk mencapai mandat ganda stabilitas harga dan stabilitas sistem keuangan dimaksud, khususnya integrasi dari kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial, dan manajemen aliran modal asing. Ketiga, dijelaskan bagaimana bauran kebijakan di Bank Indonesia dirumuskan dan diterapkan dalam tiga episode sejak tahun 2010. Secara keseluruhan, penerapan bauran kebijakan Bank Indonesia
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
Tan 332. 11 War k | PSB lt.dasar - Pascasarjana | 3 |
Penerbit | Jakarta Raja Grafindo Persada., 2016 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Bank Sentral Seri Kebanksentralan |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | - |
Deskripsi Fisik | - |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |