Disertasi
Built environment and health outcomes
Studi yang mendiskusikan keterkaitan antara kawasan atau lingkungan terbangun (built environment) dengan kesehatan telah banyak dilakukan, tetapi studi negara berkembang masih terbatas. Perbedaan fitur dan karakteristik kawasan terbangun di negara maju dan berkembang dapat menghasilkan hubungan yang berbeda. Studi ini mengisi kekurangan dari literatur yang telah ada dengan mengkombinasikan data longitudinal, Indonesian Family Life Survey (IFLS), dan data tutupan lahan untuk mengestimasi hubungan antara kawasan terbangun, yang diukur dengan indeks pencaran (sprawl index) dengan kemungkinan individu terjangkit penyakit pernapasan menular dan memiliki permasalahan kesehatan mental. Studi ini menggunakan pendekatan efek tetap (fixed effect) untuk mengestimasi hubungan kawasan terbangun dan gejala penyakit pernapasan menular dan menggunakan variabel instrumen (instrumental variable) untuk mengestimasi dampak dari kawasan terbangun terhadap kesehatan mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan terbangun dengan karakteristik terpencar (sprawl) berkorelasi negatif dengan gejala penyakit menular pernapasan. Korelasi ini semakin kuat pada sampel perkotaan dan wanita. Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa hubungan keduanya terjadi dapat melalui berbagai prosedur atau saluran, diantaranya kondisi rumah, seperti kepadatan rumah dan ketersediaan ventilasi yang memadai; dan lingkungan sekitar, seperti moda transportasi utama dan tingkat polusi di wilayah sekitar. Sementara itu, hasil estimasi kausalitas menunjukkan bahwa sprawl berdampak terhadap gejala depresi pada subsampel laki-laki dan pekerja. Tinggal di kawasan terpencar dapat meningkatkan waktu dan jarak tempuh dari rumah ke tempat beraktivitas, seperti tempat kerja atau sekolah, dan sebaliknya. Waktu dan jarak tempuh perjalanan (komuting) yang lebih lama dapat meningkatkan resiko depresi. Selain itu, waktu komuting yang lebih lama juga mengakibatkan berkurangnya waktu untuk bersosialisasi, baik dengan rekan kerja maupun dengan lingkungan sekitar, sehingga menimbulkan perasaan kesepian dan terisolasi yang memperburuk kesehatan mental. Temuan-temuan dalam studi menggarisbawahi perlunya mempertimbangkan aspek kesehatan dalam kebijakan densifikasi.
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
D 572 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Depok Program Studi Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia., 2023 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Fixed effect Mental health Tuberculosis Depressive Symptoms Sprawl Built environment Respiratory infections Pneumonia |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | NONE |
Deskripsi Fisik | xiv, 154 p. ; diagr. ; 30 cm |
Info Detail Spesifik | - |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |