Logo

Pusat Sumber Belajar FEB UI

  • FAQ
  • Berita
  • Rooms
  • Bantuan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
  • Search
  • Google
  • Advanced Search
*sometimes there will be ads at the top, just scroll down to the results of this web
UNIVERSITAS INDONESIA
BUILT ENVIRONMENT AND HEALTH
OUTCOMES
DISERTASI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2023

Disertasi

Built environment and health outcomes

Witri Indriyani - ; Djoni Hartono (Pembimbing/Promotor) - ; Diah Widyawati (Penguji) - ; Vid Adrison (Penguji) - ; Turro S. Wongkaren (Penguji) - ; Jahen Fachrul Rezki (Penguji) - ; Muhammad Halley Yudhistira (CoPromotor) - ; Prani Sastiono (CoPromotor) - ; Naila Maya Shofia (Penguji) - ;

Studi yang mendiskusikan keterkaitan antara kawasan atau lingkungan terbangun (built environment) dengan kesehatan telah banyak dilakukan, tetapi studi negara berkembang masih terbatas. Perbedaan fitur dan karakteristik kawasan terbangun di negara maju dan berkembang dapat menghasilkan hubungan yang berbeda. Studi ini mengisi kekurangan dari literatur yang telah ada dengan mengkombinasikan data longitudinal, Indonesian Family Life Survey (IFLS), dan data tutupan lahan untuk mengestimasi hubungan antara kawasan terbangun, yang diukur dengan indeks pencaran (sprawl index) dengan kemungkinan individu terjangkit penyakit pernapasan menular dan memiliki permasalahan kesehatan mental. Studi ini menggunakan pendekatan efek tetap (fixed effect) untuk mengestimasi hubungan kawasan terbangun dan gejala penyakit pernapasan menular dan menggunakan variabel instrumen (instrumental variable) untuk mengestimasi dampak dari kawasan terbangun terhadap kesehatan mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan terbangun dengan karakteristik terpencar (sprawl) berkorelasi negatif dengan gejala penyakit menular pernapasan. Korelasi ini semakin kuat pada sampel perkotaan dan wanita. Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa hubungan keduanya terjadi dapat melalui berbagai prosedur atau saluran, diantaranya kondisi rumah, seperti kepadatan rumah dan ketersediaan ventilasi yang memadai; dan lingkungan sekitar, seperti moda transportasi utama dan tingkat polusi di wilayah sekitar. Sementara itu, hasil estimasi kausalitas menunjukkan bahwa sprawl berdampak terhadap gejala depresi pada subsampel laki-laki dan pekerja. Tinggal di kawasan terpencar dapat meningkatkan waktu dan jarak tempuh dari rumah ke tempat beraktivitas, seperti tempat kerja atau sekolah, dan sebaliknya. Waktu dan jarak tempuh perjalanan (komuting) yang lebih lama dapat meningkatkan resiko depresi. Selain itu, waktu komuting yang lebih lama juga mengakibatkan berkurangnya waktu untuk bersosialisasi, baik dengan rekan kerja maupun dengan lingkungan sekitar, sehingga menimbulkan perasaan kesepian dan terisolasi yang memperburuk kesehatan mental. Temuan-temuan dalam studi menggarisbawahi perlunya mempertimbangkan aspek kesehatan dalam kebijakan densifikasi.


Ketersediaan

Call NumberLocationAvailable
D 572PSB lt.2 - Karya Akhir1
PenerbitDepok: Program Studi Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia 2023
Edisi-
SubjekFixed effect
Mental health
Tuberculosis
Depressive Symptoms
Sprawl
Built environment
Respiratory infections
Pneumonia
ISBN/ISSN-
KlasifikasiNONE
Deskripsi Fisikxiv, 154 p. ; diagr. ; 30 cm
Info Detail Spesifik-
Other Version/RelatedTidak tersedia versi lain
Lampiran BerkasTidak Ada Data

Pencarian Spesifik
Where do you want to share?