Tesis
Analisis Determinan Rumah Tidak Layak Huni (RLTH) di Indonesia
Urbanisasi yang terjadi dengan begitu cepat dan kepadatan penduduk yang semakin tinggi di Indonesia diikuti oleh peningkatan kebutuhan rumah yang idealnya memenuhi standar tersedia secara determinan kelayakan hunian. Namun, kondisi di Indonesia menunjukkan bahwa 2 dari 4 syarat Rumah Layak Huni yaitu sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi layak belum optimal. Tujuan dari penelitian adalah untuk RTLH di Indonesia, mengetahui pengaruh ketersediaan sumber air minum dan fasilitas sanitasi yang layak terhadap RTLH, dan mengetahui kondisi akses terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi layak di tingkat provinsi. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi data panel dengan model Fixed-Effects. Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan dari rumah tidak layak huni adalah leding, air kemasan hernerk, air isi ulang, sumur pompa, sumur lindung, mata air terlindungi (sumber air minum), tangki septik (fasilitas sanitasi), lama sekolah (karakteristik wilayah), dan tenaga keria informal (indikator ekonomi makro) sementara itu). Sementara itu, IPAL dan lubang tanah (fasilitas sanitasi) serta kepadatan penduduk, kepemilikan rumah, PDRB per kapita, TPT dan tenaga kerja sektor pertanian (karakteristik wilayah dan ekonomi makro) tidak berpengaruh terhadap rumah tidak layak huni. Diketahui juga bahwa 91% rumah tangga di Indonesia memiliki akses terhadap sumber air minum layak sedangkan hanya 81% yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi layak). Papua menunjukkan akses terendah pada kedua variabel tersebut (65% sumber air minum layak dan 40% fasilitas sanitasi layak). Selain itu ditemukan juga penggunaan lubang tanah di daerah perkotaan (fasilitas sanitasi tidak layak) di Bengkulu, Lampung dan Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan untuk dilakukan kajian lebih lanjut mengenai air leding oleh pemerintah agar air leding sebagai sumber air minum paling ideal dapat memenuhi kriteria layak untuk langsung dikonsumsi. Berkaitan dengan fasilitas sanitasi, pemerintah juga perlu melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai relevansi pengklasifikasian IPAL dan lubang tanah sebagai fasilitas sanitasi layak. Tidak hanya itu pemerintah juga itu sebaiknya melaksanakan penyaluran bantuan untuk penyediaan tangki septik khususnya di wilayah perkotaan yang masih menggunakan lubang tanah sebagai TPAT yaitu Bengkulu, Lampung dan Kalimantan Barat. Pemerintah juga perlu merancang kebijakan untuk memastikan tersedianya fasilitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia hingga ke tingkat kabupaten terutama di wilayah dengan RTLH tertinggi (Papua).
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
T 622/23 | PSB lt.2 - Karya Akhir | 1 |
Penerbit | Jakarta Program Studi Magister Perencanaan Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Uni., 2023 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Uninhabitable houses Clean drinking water Adequate sanitation facilities |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | NONE |
Deskripsi Fisik | xi, 81 p. ; 30 cm |
Info Detail Spesifik | Tesis |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |