Text
Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Maret 2020 hingga saat ini belum berakhir. Berbagai kebijakan penanganan dan pengendalian yang dilakukan pemerintah dan lembaga otoritas di berbagai level belum membuahkan hasil yang maksimal. Meskipun proses vaksinasi sudah dimulai, namun tetap dibutuhkan komitmen bersama berbagai elemen masyarakat untuk mematuhi prokes guna mempercepat pemutusan mata rantai penyebarannya. Menurut Lenggap Pradipta, peneliti dari DIPI, ada tiga faktor yang menjadi penghambat percepatan pengendalian COVID-19, antara lain faktor internal (keyakinan) masyarakat di berbagai daerah, faktor eksternal (berbagai informasi dari media-media inkredibel yang menyebar di google dan media sosial lainnya) berisi narasi-narasi propaganda , dan ketiga masalah institusional di level pemerintah yang sejak awal tidak seirama dan tidak konsisten dalam menegakan disiplin dan implementasi aturan kebijakan di lapangan (https://republika.co.id, 15/05/2020; 19.27 Wib). Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan kita semua karena bahaya dan dampak sistematik sektoral yang ditimbulkan sangat serius. Sebagus apapun peraturan yang dibuat, apabila tanpa ada kesadaran diri (self-awareness) dan pola pikir (mindset) yang berkembang dan maju dari semua elemen masyarakat dan aparat pemerintahan serta para penegak hukum, maka semuanya akan sia-sia belaka. Memang kesadaran diri dan pola pikir bukan satu-satunya faktor yang mampu mengendalikan penyebaran pandemi COVID-19, namun kesadaran diri yang tinggi dari masing-masing pihak akan memberikan kontribusi yang positif. Keputusan untuk bertindak akan dipikirkan secara menyeluruh dengan pertimbangan yang obyektif mengenai untung-rugi dan tolak-ukur yang realistis dan atas kemampuan diri serta kepercayaan diri yang kuat (Morin, 2011; Browne, 2017). Kesadaran diri yang tinggi akan bermuara pada kompetensi-kompetensi berikut wawasan (self-insight), pengetahuan (self-knowledge), pemantauan (self-monitoring), regulasi (self-regulation), dan penilaian (self-assessment) yang baik sehingga akan bermuara pada kesadaran interpersonal (interpersonal awareness) menjadi interpersonal yang efektif (interpersonal effectiveness) (Klimoski dan Hu, 2017). Dengan begitu, akan meningkatkan kemampuan pola pikir untuk mampu mengatribusikan keadaan mental seperti tujuan, niat, keyakinan, keinginan, dan pikiran, serta perasaan lainnya yang adaptif dalam menghadapi dan mengendalikan penyebaran virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19.
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
PSB lt.2 - Karya Akhir (Majalah) | 1 |
Penerbit | Jakarta: The Ary Suta Center 2021 |
---|---|
Edisi | April 2021, volume 53 |
Subjek | Mindset covid-19 pandemic Self-Awareness |
ISBN/ISSN | 1979-7001 |
Klasifikasi | NONE |
Deskripsi Fisik | 212 p. |
Info Detail Spesifik | The Ary Suta Center Series on Strategic Management |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas | Tidak Ada Data |