Studi Kasus FEB UI
Hujan deras mengguyur Jakarta sore itu, Senin, 11 Maret 2024, saat Vielga Wennida tengah dalam perjalanan pulang dari salah satu lokasi butiknya di Kemang, Jakarta Selatan. Meskipun rumahnya terbilang tidak jauh dari lokasi butiknya tersebut, hujan yang belum reda sejak dua jam lalu sudah menimbulkan titik kemacetan di sepanjang
jalan dan berpotensi membuat Vielga sedikit lebih lama tiba di rumah.
Di kursi penumpang, Vielga mencoba untuk beristirahat dengan menutup mata sejenak. Namun seketika terdengar pesan WhatsApp yang masuk ke telepon genggamnya. Sambil menegakkan duduknya, Vielga membaca pesan tersebut. Salah satu teman lama Vielga, Sara Amanda, menawarkan kerja sama untuk memproduksi kebaya bordir menggunakan mesin guna mendukung produksi massal. Sara bersedia membiayai pembelian mesin bordir komputer dalam jumlah banyak sehingga Vielga dapat berfokus pada perancangan kebaya dan desain bordirnya. Vielga memiliki bisnis kebaya bordir atau sulam 100 persen handmade bernama Roemah Kebaya Vielga (RKV) yang sudah berdiri lebih dari satu dekade. Seiring dengan berkembangnya dunia digital, produksi bordir secara digital pun tumbuh secara masif. Tidak hanya produk lokal, pasar kebaya bordir di Indonesia juga dipenuhi oleh kebaya dari negara luar, seperti dari Cina.
Call Number | Location | Available |
---|---|---|
CS-2024-04 | CELEB FEB UI | 1 |
Penerbit | Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesaia 2024 |
---|---|
Edisi | - |
Subjek | Business planning Fashion industry Fashion designers Modest Fashion Industry |
ISBN/ISSN | 978-623-333-907-0 |
Klasifikasi | NONE |
Deskripsi Fisik | 18p |
Info Detail Spesifik | Studi Kasus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia |
Other Version/Related | Tidak tersedia versi lain |
Lampiran Berkas |